Memberikan Pengetahuan Tanpa Batasan Usia, Pandangan, dan Aturan. Hanya Memiliki Etika Dari Kita Sendiri.



  • Ayo Berdagang BITCOIN

    Di INDODAX kamu bisa berdagang crypto. Ayo segera daftar, jangan ditunda.

  • Ayo Vaksin

    Kunjungi puskesmas terdekat di area kamu, tanyakan info vaksin

  • Akun Netflix Mulai Rp. 10.000/Hari

    Buat kamu yang mau beli akun netflix, tapi hanya butuh 1 profile saja. Kamu bisa beli di Bukalapak

  • Smartfren Gokil Max

    Nikmati kuota lokal 24 jam khusus di kota Kamu. Pilihan Paket Data Gokil Max paling gokil untuk kebutuhan internetmu.

Izin Untuk Menangis

“Simpanlah cinta yang kamu terima melebihi apa pun juga. Itu akan bertahan lama setelah uang dan kesehatanmu sirna.”
Og Mandino
Sendirian di meja makan diterangi cahaya lampu, dikelilingi kegelapan di dalam rumah, aku duduk sambil menangis.
Akhirnya aku berhasil menidurkan dua anak kecil itu. Sebagai orangtua tunggal yang relatif baru, aku harus menjadi ibu dan ayah sekaligus bagi dua anakku yang masih kecil-kecil. Aku memandikan mereka, disertai gelak canda, lari ke sana ke mari, tertawa-tawa, dan melempar benda-benda. Setelah semua tenang, mereka berbaring di tempat tidur mereka saat aku memijit punggung mereka selama lima menit. Lalu aku mengambil gitarku dan memulai ritual malam hari dengan menyanyikan lagu-lagu rakyat dengan “All the Pretty Little House” sebagai lagu terakhir, lagu favorit kedua anakku. Aku menyanyikannya berulang-ulang, sedikit demi sedikit mengurangi tempo dan volumenya hingga mereka berdua terlelap.
Sebagai seorang pria yang baru saja bercerai dan mempunyai hak penuh terhadap anak-anaknya, aku berusaha keras untuk memberikan kehidupan rumah tangga senormal dan sestabil mungkin kepada mereka. Aku menampilkan wajah bahagia di depan mereka. Sebisa mungkin aku mencoba mempertahankan aktivitas mereka semirip mungkin dengan yang pernah mereka alami sebelumnya. Ritual malam hari ini semata-mata merupakan hal yang selalu kami lakukan sebelumnya, kecuali bahwa ibu mereka sekarang ini tidak bersama mereka. Ternyata aku telah melakukannya lagi: satu malam lagi berakhir dengan baik.
Aku bangkit perlahan-lahan, hati-hati sekali, mencoba untuk tidak membuat suara sekecil mungkin yang bisa membangunkan mereka. Kalau mereka terbangun, mereka pasti akan minta beberapa lagu dan dongeng lagi. Aku melangkah pelan-pelan keluar dari kamar mereka, menutup pintu tetapi masih sedikit terbuka, dan turun ke lantai bawah.
Berdiri di samping meja makan, aku bersandar ke kursi, sadar sepenuhnya bahwa ini adalah pertama kalinya aku bisa duduk sejak aku pulang dari bekerja. Aku telah selesai mencuci piring dan peralatan dapur lainnya sekaligus memenuhi berbagai permintaan mereka. Aku membantu mengerjakan PR anak sulungku dan memuji lukisan anakku yang kecil serta mengagumi konstruksi blok lego-nya yang rumit. Mandi, dongeng, usapan di punggung, nyanyian, dan sekarang, akhirnya, sedikit waktu untuk diriku sendiri. Kesunyian yang ada sungguh melegakan, paling tidak untuk sesaat.
Kemudian ini semua memenuhi pikiranku: kelelahan, beban tanggung jawab, kekhawatiran tentang berbagai rekening yang aku tidak yakin apakah aku akan bisa membayarnya bulan itu. Segala macam persoalan menjalankan rumah tangga yang tidak ada habisnya. Hanya beberapa saat sebelumnya, aku merupakan seorang yang memiliki istri dan mempunyai teman untuk berbagi segala macam pekerjaan ini, berbagi rekening ini, dan segala kekhawatiran ini.
Dan kesepian. Aku merasa seolah-olah aku berada di dasar lautan kesepian yang luas. Semua ini datang bersama-sama dan aku dulu pernah putus asa, tanpa harapan. Tanpa terduga, aku terisak. Aku masih duduk di sana, dengan terisak.
Lalu tiba-tiba, sepasang tangan kecil melingkar di tubuhku dan wajah yang mungil menatapku. Aku menatap wajah simpatik anak laki-lakiku yang berusia lima tahun.
Aku merasa malu karena anakku melihatku menangis. “Maafkan ayah, Ethan, ayah tidak tahu kalau kamu terbangun.” Aku tidak tahu mengapa ini, tetapi banyak orang minta maaf ketika mereka menangis dan aku pun demikian. “Ayah tidak bermaksud menangis, Ayah minta maaf. Ayah hanya merasa sedikit sedih malam ini.”
“Nggak apa, Ayah. Nggak apa-apa kok kalau Ayah menangis, ayah toh seorang manusia biasa.”
Aku tidak bisa mengungkapkan betapa dia telah membuatku bahagia, anak kecil ini, yang di dalam kemurniannya, mengizinkan aku menangis. Tampaknya dia akan berkata bahwa aku tidak harus selalu kuat, bahwa kadang-kadang boleh saja merasa lemah dan melampiaskan perasaanku.
Dia duduk di pangkuanku dan kami berpelukan dan berbicara sebentar, dan aku membawanya kembali ke kamarnya dan membaringkannya di tempat tidur. Bagaimanapun juga, malam itu aku pun harus bisa tidur. Terima kasih, anakku.

Hanoch McCarty
Share:

Beralih ke Domain Web Id

Hari ini tanggal 9 Juli 2010. Link www.evertoncommunity.blogspot.com resmi beralih ke www.everton.web.id, jadi semua trafik dimulai dari nol ( 0 ). Dan bagi sahabat Everton yang sudah membuat link di blognya, tetap ga masalah, krn sudah di link otomatis.

Semoga dengan domain baru ini, mulai semangat lagi ngeblog. Mulai cari inspirasi dan cari ide-ide. Dan tetap semangat ngeblog.
Share:



Labels

Asal Usul (4) Blog (10) Book (2) Cellular (1) CSCD (1) Google (3) Informasi (18) Internet (7) JB Online (2) Jookiz (4) Kuis (2) Lagu (1) Loker (3) Modif Motor (2) Motivasi (16) MotoGP (2) Movie (1) My Diari (27) P. Umum (17) Puisi (1) Tips (2)

Blog Archive